Advertisement
JAKARTA - Novi Wanti (26) yang hanya bekerja sebagai buruh cuci harian, telah tega menganiaya balita laki-lakinya, GW (5), di sebuah kos-kosan kamar 2013, yang di Jalan Asem Raya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (11/11/2017).
Kejadian ini dilakukannya akibat kesal terhadap GW, yang seringkali ngompol.
"Motifnya karena kesal dengan balitanya, yang seringkali ngompol di celana dan tempat tidur.
Mungkin, hal ini yang seringkali NW (Red-Novi) kesal terhadap GW sehingga menganiayanya sampai tewas di rumah sakit. Penganiayaan di kediamannya itu, dilakukan dengan cara sabet pakai sabu lidi, cubit, menampar, pukul, hingga menutup wajah anaknya dengan plastik, serta menjerat leher anaknya dengan tali rafia," ucap Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Roycke Harry Langie, Minggu (12/11/2017).
Motif pelaku, kata Roycke, yang tega menyiksa anaknya berniat hanya memberikan hukuman semata. Tetapi, hukuman itu pun lambat naun membuat GW tersiksa.
"Pengakuannya pelaku (Novi) cuman memberi pelajaran kepada anaknya. Sebab si anak suka mengompol di kasur. Karena suka mengompol di kasur dia jadi kesal. Tidak hanya itu, di sikap anak yang belakangan terlihat berubah, salah satunya tidak menuruti dengan orang tua. Hal ini menjadi alasan tambahan Novi menyiksa si anak," kata Roycke.
Tak hanya kesal karena mengompol, mirisnya perekonomian Novi yang berstatus janda telah membuatnya semakin kalap guna menganiaya anaknya.
"Pelaku (Novi) kondisi stres ekonomi keluarga. Dalam desakan tidak memiliki pekerjaan tetap, mau tak mau pelaku ini pun diwajibkan hidup bersama anaknya (GW), dalam kondisi minim keuangan.
Akibat perbuatannya wanita itu pun terancam mendekam di penjara ya selama 15 tahun, dijerat Pasal 80 ayat 3 junto Pasal 76 C undang-undang RI nomor 35 tahun 2014," kata Roycke kembali.
Sementara itu, Kabid Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel menerangkan, beragam masalah itu menjadikan anak menjadi korban kekerasan orang tuannya.
"Selain disebabkan faktor lain, seperti kurang perhatian, pasangan berselingkuh, di himpitan ekonomi juga. Berbagai masalah lainnya bisa langsung menjadi penyebab kekerasan anak.
Akibatnya, anak ini dapat menjadi target lunak atau sasaran pengganti kekesalan dan amuk orangtuanya. Target lunak di dalam rumah itu, adalah anak," katanya.
Sumber:tribunnews.com
EmoticonEmoticon