-->

Viral Curhat Seorang Istri yang tak Mau Dipoligami Hingga Nyaris Bunuh Diri, Tapi Suaminya. . .

Advertisement

Sebuah curhatan seorang perempuan yang diunggah ke media sosial baru-baru ini menjadi viral.

Curahan hati istri ini mendapat banyak sekali perhatian dari warganet.

Tak sekadar curhat, banyak netizen yang merasa kagum akan ketegaran yang dimilikinya.

Akun Facebook Nanda Nini Anggalih berulang kali memposting status haru.

Dibalut kata-kata halus, curahan itu dibentuk menjadi perjalanan kisah cinta suami istri yang berumah tangga selama dua tahun dalam kondisi di ujung tanduk.

Ada pintu keluar di 2 tahun pernikahan (hampir sempurna) saya. Dan Aku mengambilnya.

Rupanya, wanita ini sudah bersama sang suami selama enam tahun.

Tapi, masalah itu datang tiba-tiba.

Dalam 6 tahun itu aku sering berdoa agar pas tua nanti aku meninggal lebih dulu, biar gak ngerasain rasanya ditinggal kamu.

Nanda bercerita bahwa suaminya berniat untuk poligami.

Permintaan itu 'kekeuh' diajukan oleh suami meski dirinya sudah tak mendapat persetujuan dari istrinya.

Today, i'm saying goodbye. Kepada rumah. Kepada kamar. Kepada lemari yang baru kita beli. Kepada perkakas dapur yang tidak banyak jumlahnya.

Kepada kaos-kaosnya yang akan aku rindukan. Kepada kulkas. Kepada sofa berisik. Kepada meja kerjanya. Kepada kucing. Kepada teras. Kepada SKii yang mungkin tidak sanggup aku beli setelah ini. Kepada halaman.

Kepada langit fajar jogja. Kepada stasiun biasanya aku dijemput. Kepada jalanan yang biasa kita lalui.

Dan segala hal yang akan aku rindukan. Tidak ada dia dirumah itu, oleh sebab itu aku datang.

Membereskan sisa kehadiranku, mengepaknya rapat-rapat dan mengirimnya kembali pulang.

I was rejected so many times. But here I am. Fighting for you. Literally dying for you. Doing everything, for you. But still, I will never, ever, be enough. Or simply being the girl that you wanted.

Aku pikir hanya lelucon. Ketika mereka, teman-teman pengusahamu, berkata, “Jangan nunggu mapan buat nikah. Nanti pas mapan bisa nikah lagi!”.

Aku sama sekali tidak sadar bahwa ada harapan jujur dari mereka yang melontarkannya.

Aku menjanjikan padamu aku akan menjadi wanita yang berkembang, yang bisa menemanimu dari 0 hingga angka tak terhingga yang ingin kamu capai. Dan aku menepati janjiku.

Tapi, sejauh apapun aku melangkah untuk mencapaimu, kamu tidak akan menunggu.

Kamu tidak memberikanku waktu untuk berproses. Dan ketika kamu menginginkan wanita yang lebih cantik, lebih enak dipandang mata, aku mentok dan menemui jalan buntu.

Kamu menginginkan wanita yang lain. Yang bukan aku. Yang sama sekali bukan diriku.

19th October 2017. I found the truth: a love bite she left on your neck.

Hari itu aku hampir melompat.

Lantai 2 dengan ketinggian 7 meter tidak akan membuatku mati, tapi aku yakin akan mendapatkan cedera serius yang akan (setidaknya aku pikir) membuatmu simpati, dan segera menghentikan apapun hubunganmu dengannya.

Bahkan sampai akhirpun, kamu tetap memikirkan dirimu sendiri.

“Aku mau poligami. Aku bakal nikahi dia.”

Tuhan Maha Penyayang, akal sehatku balik.

Aku duduk, dia pun duduk.

Aku mengumpulkan nyawaku, logikaku.

Naluri bertahan hidup mengambil alih.

Aku mengumpulkan sebanyak apapun informasi yang bisa aku dapatkan.

Darinya dan dari wanita itu (yang mengaku sudah sangat saling mencintai, dan gak bisa dipisahkan).

He’ve done unspeakable thing. Dan dia mengira poligami lah satu-satunya jalan keluar untuk masalah ini.

Dia tidak mencari alternatif solusi lainnya, karena ITU YANG DIA INGINKAN.

Apakah wanita itu sudah dinikahi? 6 hari setelahnya di rapat keluarga besar pertanyaan itu baru terjawab: Belum. Tapi pasti dia akan bertanggung jawab.

Dan dia melupakan satu hal, HIDUP DAN MASADEPANKU DISABOTASE.

Dia sama sekali tidak memberikanku pilihan lain selain menerima.

Dan aku memberikan pilihan lain pada diriku sendiri: pergi.

Jabatan terakhir, 25 Oktober 2017.

Aku, dia, dan keluarga kami mengakhiri pernikahan ini dengan damai.

Meskipun demikian, kami sepakat bahwa aku berhak menyampaikan kebenaran (secara halus dan dipersopan), mengingat menyandang status 'janda' tidaklah mudah dan sangat rawan fitnah. Sehingga apa yang aku tulis bukan provokasi, tidak mengandung identitas, foto, maupun detail kejadian.

Diposting terpisah, dan tidak akan terpajang di halaman Lambe Turah.

Aku bahkan juga tidak melabrak si ceweknya.

Apa yang aku tulis juga bukan "cuma curhat di Facebook", atau sekedar "buka aib orang". I write this as a defense, witness, and reminder. I couldnt remain silent. I should speak up my right!!!

*Bagi teman-teman yang sangat menyayangi saya, mohon tidak memposting sesuatu yang bersifat provokatif.

So, I hereby declare my self:

"Bahwa saya tidak pernah melanggar sumpah, janji, dan nilai moral pernikahan. Tidak pernah ada satu laki-laki pun didunia ini yang pernah menyentuh saya, kecuali suami saya. Saya telah melakukan apapun untuk mempertahankan cinta dan kasih sayang suami, jika itu tidak pernah cukup maka masalahnya bukan berada pada saya. Saya telah memberikan cinta terbaik yang bisa saya berikan, HANYA kepada dia, melebihi orang tua dan diri saya sendiri. I was his and he was mine, saya mendedikasikan hidup, bakti dan masa depan saya kepadanya.

NAMUN....

Saya menilai dia bukan imam yang bisa membawa saya dan calon anak2 saya nantinya pada kebaikan, bukan seseorang yang adil.

Keteguhan moral dan pengambilan keputusannya saya sanksikan. Saya merasa tidak aman dan tidak akan merasa aman.

Saya tidak merasa diterima. Saya merasa tidak dipandang sebagai individu yang utuh.

Jika mempertahankan apapun yang bisa dipertahankan saat ini, atau kembali pada 'tempat' saya seharusnya saya meragukan keselamatan diri dan kesehatan mental saya.

Dia juga MENYATAKAN bahwa jika saya bertahan, dia mungkin akan menyakiti saya 1000 kali lagi karena dia tidak yakin pada dirinya sendiri agar tidak membuat kesalahan yang sama, atau kesalahan apapun.

Dan untuk itu, jika seseorang suami, pelindung, imam, mendeklarasikan dirinya akan lebih menyakiti saya dibandingkan membahagiakan saya, maka saya memilih pergi untuk mencari keadilan pada diri saya sendiri."

Untuk validasi data diatas kalian bisa cek ke keluarga saya, keluarga calon mantan suami saya (karena perceraian kita belum disahkan di peradilan agama), teman-teman terdekat saya, dan sumber-sumber lainnya.

This Facebook thing is the only media I can communicate with you guys, so please. Be cool. FYI, I'm alive and unbroken.


EmoticonEmoticon

close